Salah satu bentuk penerapan kurikulum merdeka dalam proses pembelajaran adalah pelaksanaan program P5. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu bagian dari program kurikulum merdeka. Sebelum mengulik lebih lanjut, kita harus mengenal lebih dulu apa itu Profil Pelajar Pancasila.
Dilansir dari web Kurikulum Merdeka KEMDIKBUD, profil pelajar Pancasila merupakan salah satu bentuk realisasi dari tujuan pendidikan nasional. Konsep ini berperan sebagai referensi utama dalam mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan bagi pendidik dalam membangun karakter peserta didik. Ada enam dimensi terkait profil pelajar Pancasila ini. Dimensi pertama berkaitan dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia. Dimensi selanjutnya yaitu mandiri, bergotong-royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis dan kreatif.
Keenam dimensi tersebut perlu diperhatikan secara menyeluruh sebagai satu kesatuan untuk menjadikan setiap individu pelajar yang kompeten, berkarakter, dan memiliki perilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Untuk itu, para pendidik dituntut untuk mampu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh.
Dilansir dari website resmi Merdeka Mengajar, profil pelajar Pancasila dapat dibangun dalam keseharian peserta didik melalui:
Budaya sekolah—keenam dimensi dari profil pelajar Pancasila diintegrasikan ke dalam iklim, kebijakan, pola interaksi dan juga komunikasi serta norma yang ada di sekolah.
Pembelajaran intrakurikuler—dimensi profil pelajar Pancasila dapat direalisasikan dalam capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, atau materi/topik pembelajaran
Pembelajaran kokurikuler—pada bagian ini P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dilaksanakan sebagai bentuk dari pengembangan profil pelajar Pancasila
Pembelajaran ekstrakurikuler—pengembangan minat dan bakat menjadi jembatan yang bisa digunakan dalam membangun profil pelajar Pancasila.
Terkait dengan pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), kegiatan ini bertujuan sebagai upaya untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dan produktif dan dapat berkontribusi dalam pembangunan global.
Adapun prinsip dari P5 antara lain:
Holistik—prinsip ini menekankan keutuhan atau secara keseluruhan. P5 bukan hanya menghimpun satu tematik dari berbagai mata pelajaran, namun menggabungkan beragam konten pengetahuan secara terpadu dan saling terkait.
Kontekstual—prinsip ini menegaskan bahwa P5 harus mengaitkan pada pengalaman nyata yang dihadapi peserta didik dalam kesehariannya. Prinsip ini mendorong proses pembelajaran melalui lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari.
Berpusat pada peserta didik—peserta didik merupakan subjek dari pembelajaran sehingga mereka harus aktif menjalankan proses belajar secara mandiri
Eksploratif—prinsip ini mewadahi siswa untuk mengembangkan diri baik secara terstruktur maupun bebas.
Untuk mempermudah penerapannya, KEMDIKBUD menetapkan tema yang disesuaikan dengan setiap jenjang pendidikan. Adapun tema tersebut antara lain:
Jenjang PAUD
- Aku Sayang Bumi “Gaya Hidup Berkelanjutan”
Contoh penerapannya dapat berupa membuat tempat sampah dari barang bekas, membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang, dan sebagainya.
- Aku Cinta Indonesia “Kearifan Lokal”
Tema ini bisa dikembangkan dengan mengunjungi museum budaya di daerah setempat
- Kita Semua Bersaudara “Bhinneka Tunggal Ika”
Dapat berupa mengadakan sesi makan bersama dengan masing-masing siswa membawa bekal lalu menceritakan isi bekal dari masing-masing siswa sehingga mereka dapat belajar berkomunikasi antar sesame teman.
- Imajinasi dan Kreativitasku “Rekayasa dan Teknologi”
Contoh penerapannya dapat berupa membuat teknologi sederhana seperti pesawat dari kardus bekas lalu bermain peran menjadi seorang pilot.
Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK dan sederajat
- Gaya Hidup Berkelanjutan
Contoh penerapan tema dapat menganalisis penyebab, solusi, serta pencegahan bencana alam.
- Kearifan Lokal
Kegiatan yang bisa dikembangkan dapat berupa eksplorasi budaya dan kearifan local daerah tersebut, sebagai contoh eksplorasi budaya melayu bagi siswa di provinsi Riau.
- Bhinneka Tunggal Ika
Pada tema ini, siswa dapat melakukan promosi di media sosial terkait pencegahan kekerasan dan konflik antar suku dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
- Bangunlah Jiwa dan Raganya
Siswa bisa melakukan diskusi terkait permasalahan yang terjadi di kalangan remaja seperti cyber bullying.
- Suara Demokrasi
Tema ini bisa dikembangkan dengan menanamkan sistem musyawarah dalam pemilihan Kepala OSIS.
- Rekayasa dan Teknologi
Pada tema ini, siswa dapat membuat desain inovatif sederhana yang menerapkan teknologi untuk menjawab permasalahan.
- Kewirausahaan
Kegiatan yang bisa dilakukan dapat berupa projek pembuatan produk sederhana seperti kue khas dari daerah masing-masing atau produk lain yang memiliki konten local dan daya jual.